Meski saat ini semakin banyak saja orang
yang menangkarkan murai batu, tetapi prospek ke depannya tetap bagus.
Hal ini disebabkan stok pasokan murai batu dari hutan mulai menipis
karena terus dikuras, sementara peminat burung kicauan semakin hari
semakin banyak saja. Pada saat yang sama, banyak penghobi yang tidak
sabar untuk merawat murai hasil tangkapan hutan karena lama jinaknya,
dan karenanya harus menunggu setahun dua tahun untuk menikmati burungnya
secara maksimal, apalagi untuk dibawa ke arena lomba.
Sementara anakan murai batu hasil
penangkaran, selain kita bisa memilih anakan dari indukan-indukan
tertentu yang kita sukai, entah karena suaranya atau karena postur
tubuhnya, juga cepat bunyi. Bahkan ketika masih trotolpun sudah mulai
bisa dinikmati ngriwikannya. Selepas mabung, biasanya murai batu hasil
tangkaran dengan indukan yang bagus sudah mulai ngerol dan bahkan ada
yang sudah siap masuk arena lomba.
Untuk penangkar, kondisi ini memang
menguntungkan. Dan sejauh ini, tidak pernah ada cerita anakan murai batu
harganya jatuh. Minimal bertahan tetapi kecenderungannya naik terus.
Apakah dengan banyaknya penangkaran nanti tidak akan membuat harga
burung murai batu jatuh di pasaran? Saya yakin tidak. Sebab, semakin
hari semakin banyak orang yang mencari anakan-anakan murai batu dari
indukan bagus, dan para penangkarpun akan harus berlomba untuk mencari
indukan bagus. Artinya, kalau kita sudah bisa menangkar dengan indukan
yang kualitasnya “biasa saja”, tentu akan terpacu untuk mencari indukan
dengan kualitas bagus. Artinya, pemburu murai batu hasil tangkaran tidak
hanya penghobi tetapi juga penangkar yang sudah mapan atau para
penangkar pemula.
Tentu saja, agar kita bisa bertahan
menjadi penangkar murai batu yang produksinya selalu diburu oleh
penghobi, haruslah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas produk.
Selain diupayakan melalui pencarian indukan di arena lomba, juga bisa
dilakukan cross antar jenis murai batu. Misalnya, murai batu ekor
panjang untuk betina dan murai batu nias untuk pejantannya. Murai batu
nias terkenal punya tembakan-tembakan yang melengking dan kristal,
tetapi kurang disukai juri di arena lomba karena ekornya hitam semua.
Nah dengan mencoba menyilangkannya dengan murai batu jenis lain,
diharapkan akan menghasilkan anakan dengan suara kualitas nias tetapi
dengan ada warna putih di ekornya.
Untuk memulai penangkaran, tentunya kita
sudah harus menyiapkan kandang penangkaran. Kandang penangkaran murai
batu bisa dilihat contohnya pada gambar di bawah ini:
Keterangan:
A + B = lokasi untuk penempatan sarang;
dalam satu kandang bisa diberi dua atau tiga tempat biar burung memilih
sendiri mau bersarang di mana.
C = Atap tertutup
D= Atap terbuka (digunakan kawat
strimin)
E= Wadah air (untuk mandi)
F= Lokasi/wadah pakan/air untuk minum
G=Tangkringan
Panjang x lebar x tinggi: Untuk
murai batu dan burung ukuran sedang, disesuaikan dengan lebar kawat
strimin di pasaran sehingga tidak repot mengerjakannya ==> panjang
dan lebar = 90 cm; tinggi 180 atau 200 cm.
Bahan: bisa dari apa saja asal
kuat.
Batas samping kanan-kiri dan belakang
= dinding/ tembok atau papan yang tahan lama dsb.
Atas = bagian yang tertutup bisa
langsung di atasnya adalah genting dengan semua bagian kandang sudah
tertutup kawat strimin.
Tangkringan = kayu asem, kayu jati
serutan dll yang penting keras, dengan diameter sekitar 2 – 3 cm.
Papan tempat pakan (F) kayu yang kuat.
Keterangan:
A. Kawat strimin sehingga burung bisa
terlihat dari luar untuk pengecekan.
B. Jendela untuk keluar masuk tangan
mengganti air minum dan pakan.
C. Papan/tembok tertutup
D. Pintu untuk keluar masuk orang.
KOTAK SARANG
Berikut ini adalah kotak sarang,
khususnya untuk burung MB. Bahan dari kayu yang kuat:
KERANGKA SARANG DAN PAKAN ANTI-SEMUT
Untuk tempat sarang dan juga tempat
pakan anti-semut, bisa dibuatkan kerangka tersendiri seperti di bawah
ini:
BAHAN PENYUSUN SARANG:
Di dalam kandang juga perlu disiapkan
bahan penyusun sarang berupa merang atau daun cemara/pinus. Sebagian
dimasukkan ke kotak wadah sarang untuk merangsang burung membikin sarang
dan sebagian besar lainnya diletakkan di lanyai kandang di tempat yang
kering.
Pemilihan indukan dan penjodohan
Sebagaimana pemilihan indukan untuk
burung penangkaran pada umumnya, maka untuk memilih indukan jantan,
pilih saja murai batu yang sehat, tidak cacat fisik dan gacor dengan
perkiraan usia di atas 2 tahun. Sedangkan betinanya, bisa dipilih yang
usia di atas 1 tahun, mulus dan sudah mau bunyi kalau didekatkan dengan
murai batu jantan. Pilihlah jantan dan betina yang jinak, dalam arti
tidak takut lagi dengan manusia. Soal asal murai batu, pilih sesuai
keinginan Anda. Bisa asal Lampung, Aceh atau dari manapun.
Untuk penjodohan, sama dengan proses
penjodohan cucak ijo pada artikel saya sebelumnya. Tetapi, oke, saya
tulis ulang saja di sini. Intinya, proses penjodohan bisa dilakukan
dengan kandang penjodohan, yakni sangkar bersekat yang sekatnya bisa
kita ambil sewaktu-waktu. Jika tidak punya sangkar sekat, bisa gunakan
sangkar harian biasa. Penjodohan dilakukan dengan selalu menempelkan
sangkar si jantan dan betina berdempetan. Dengan posisi ini, maka jantan
yang sudah birahi pada tahap awal akan selalu berkicau mengarah si
betina. Si betina juga akan menanggapi dengan siulan-siulan khas betina.
Jika belum mau berjodoh, betina akan menghindar dengan cara menjauh dan
bersikap cuek. Proses penjodohan ini bisa berlangsung lama atau
sebentar tergantung dari kondisi birahi masing-masing. Yang jelas, murai
batu betina yang sudah birahi, tanda-tandanya suka menggetar-getarkan
sayap dan selalu berusaha mendekat ke murai batu jantan.
Untuk membuat burung cepat jodoh, dia
biasanya melakukan hal sebagai berikut (lihat juga hal yang sama
dilakukan untuk penjodohan cucak ijo) :
1. Hari pertama diberi EF yang lebih
dari biasa, misal jantan betina diberi masing-masing 10 ekor jangkrik
dan 10 ekor cacing dengan tujuan agar keduanya terpacu birahinya.
2. Hari kedua, jatah jantan tetap dan
jatah betina dikurangi, misal 10 : 5, hal ini ditujukan untuk tetap
menjaga birahinya.
3, Hari ketiga jatah jantan ditambah dan
jatah betina dihilangkan. Tujuannya pada saat si jantan birahi, dia
akan memainkan EF di mulutnya, dan pada saat yang bersamaan si betina
kelaparan karena tidak mendapat jatah makan, sehingga si betina akan
berusaha meminta jatah makan dari si jantan.
Proses ini bisa dilanjutkan untuk
beberapa hari ke depan. Lamanya tergantung burung itu sendiri, bisa
sehari, 2 hari atau mungkin 1 bulan belum jodoh.
Proses penjodohan seperti itu pula yang
biasa dilakukan para penangkar. Proses penjodohan ini dilakukan selama
hampir sebulan sampai jantan betina mau bercampur tanpa tarung lagi.
Kadang, ada juga penangkar yang langsung
memasukkan murai batu jantan dan betina dalam satu kandang penangkaran
tanpa proses penjodohan terlalu lama. Namun hal ini biasa dilakukan
ketika murai batu jantan dan betina sama-sama mabung sehingga tidak
agresif terhadap pasangan.
Berkaitan dengan penjodohan murai batu
ini, ada tips yang disampaikan Om Rudi Jambi yang sudah sukses menangkar
murai batu. Dalam tulisannya di forum KM, Om Rudi menulis seperti di bawah ini.
1. Agar proses penjodohan lebih mudah,
iapkan betina lebih dari 1 ekor, dekatkan dengan pejantan yang telah
diseleksi, baik dari kualitas suara, katuranggan maupun prestasinya.
Bila sudah ada yang tampak rajin bunyi, ngeleper-ngeleper sayapnya
sambil ngeriwik, itu pertanda si betina sudah birahi, pilih betina
tersebut, dekatkan dengan pejantan ditempat terpisah selama kurang lebih
3 hari.
2. Masukan ke dalam sangkar bersekat,
atau biasanya disebut kandang jodoh, atau bila tidak ada sangkar
bersekat boleh juga mengunakan sangkar biasa yang diletakan berhimpitan.
3. Harus dilakukan pengamatan secara
rutin, untuk memastikan jodoh tidaknya indukan pilihan tersebut.bila
sudah terlihat akrab, yakni sering terlihat berhimpitan meski masih
dibatasi sekat, baru masukan ke kandang penagkaran.
4. Amati perilaku indukan, amati terus
apakah si pejantan sudah benar-benar mau menerima pasangannya.
Tanda-tanda penjodohan yang sukses, apabila sepasang indukan sering
berduaan, sering kejar-kejaran, tapi bukan saling serang.sebaliknya bila
sang jantan mengejar dan menghajar betina, maka segera pisahkan kembali
pasangan tersebut, karna bila dibiarkan bisa berakubat fatal…yakni….
kematian pada sang betina…
5. Lakukan penjodohan alternatif, ulangi
kembali penjodohan dari tahap pertama selama 1 minggu, kemudian masukan
betina kedalam sangkar kecil dan masukan kedalam kandang besar,
sementara itu biarkan sang pejantan bebas didalam kandang penangkaran
dan merasa lebih berkuasa, langkah ini juga bertujuan mengurangi birahi
pejantan.
6. Ganti pasangan bila tidak mau jodoh,
ini merupakan alternatif terakhir dan mutlak dilakukan, yakni bila
pasangan tersebut tetap tidak bisa jodoh, ganti betina dengan betina
baru. Lakukan langkah-langkah penjodohan mulai dari awal sambil diamati
perkembangannya.
Nah, lagi-lagi tips saya tetap sama di
artikel penangkaran yang sudah saya tulis, yakni jika burung kita sulit
atau lama berjodoh, maka kita bisa menggunakan BirdMature. BirdMature
adalah produk untuk meningkatkan birahi burung secara cepat, terutama
untuk burung-burung penangkaran.
Menurut pengalaman penangkar murai batu,
salah satunya adalah Om Didik di Gresik (RR BF), murai batu betina usia
muda sudah bisa dijodohkan dan bisa berproduksi dan malah relatif
produktif ketimbang yang tua. Murai batu betina usia sekitar 8 bulan,
sudah bisa dijodohkan dan ditangkarkan. Sedangkan jantannya, tetap
menggunakan pejantan yang usianya lebih tua, minimal usia satu setengah
tahun.
Manajemen pakan pada penangkaran
murai batu
Untuk masalah pakan, burung murai batu bisa saja diberikan dengan pola standar berupa voer, serangga, kroto dan juga cacing. Namun demikian pemberian pakan untuk burung penangkaran harus lebih banyak porsinya ketimbang burung untuk peliharaan harian.
Untuk masalah pakan, burung murai batu bisa saja diberikan dengan pola standar berupa voer, serangga, kroto dan juga cacing. Namun demikian pemberian pakan untuk burung penangkaran harus lebih banyak porsinya ketimbang burung untuk peliharaan harian.
Perlu diingat, pemberian asupan yang
tidak seimbang justru akan memperlama proses produksi. Penggunaan voer
untuk ayam broiler misalnya, memang meningkatkan jumlah protein, tetapi
pada saat yang sama jumlah lemaknya pun banyak. Padahal, burung
penangkaran yang kegemukan, akan sulit bereproduksi dengan baik. Begitu
juga dengan voer yang biasa digunakan untuk burung kicau harian, secara
umum sudah baik, namun kandungan mineralnya seringkali tidak bisa kita
pastikan karena banyak voer yang dijual tanpa disertai keterangan
komposisi isi yang memadai. Dalam kaitan inilah saya menyarankan ke
beberapa penangkar untuk memberikan multi vitamin dengan komposisi yang
pas untuk burung.
Multivitamin yang bagus setidaknya
mengandung vitamin utama, yakni A, D3, E, B1, B2, B3 (Nicotimanide) B6,
B12, C dan K3; zat esensial seperti D-L Methionine, I-Lisin HCl, Folic
Acid (sesungguhnya adalah salah satu bentuk dari Vitamin B) dan Ca-D
Pantothenate. Untuk referensi ini, silakan baca tentang produk BirdVit.
Pada saat yang sama, burung di
penangkaran membutuhkan mineral yang komplit dan seimbang. Unsur Ca dan K
misalnya, harus benar-benar tercukupi sehingga proses pembuatan
cangkang telur bisa berlangsung dengan baik. Lebih dari itu, kekurangan
mineral pada burung akan menyebabkan beberapa kendala dalam penangkaran,
antara lain bulu lemah, tidak mulus, kusam; terkena rachitis
(tulang-tulang lembek, bengkok dan abnormal); paralysa (lumpuh); perosis
(tumit bengkak); anak burung mati setelah menetas; mengalami urat
keting (tendo); terlepas sendinya, tercerai (luxatio); paruh meleset,
kekurangan darah sehingga pucat dan lemah; tidak juga segera bertelur,
telur kosong, produktivitas rendah, dan daya tetas rendah, serta
kematian embrio tinggi. Untuk menghindari hal itu, ada baiknya Anda
mengetahui masalah mineral burung.
Masa mengeram
Seperti halnya penangkaran burung pada
umumnya, murai batu membutuhkan lingkungan yang tenang. Paling tidak,
harus terbebas dari gangguan predator (kucing, tikus dll). Sementara
untuk menghindarkan burung dari serangan penyakit yang berasal dari
parasit, maka kita harus memastikan kandang yang relatif bebas parsit
dan serangga pengganggu seperti semut dan kecoak.
Parasit pengganggu burung di penangkaran
ada macam-macam. Jika tidak ditangani secara serius, maka akan
menyebabkan betina tidak nyaman dalam mengeram. Akibatnya, burung tidak
tenang dan selalu turun dari sarang. Jika ini berulang terjadi, maka
dipastikan telur tidak bisa menetas karena tidak mendapatkan suhu
pengeraman yang stabil. Kadang-kadang, gangguan parasit juga menyebabkan
indukan berlaku agresif dan bisa mengobrak-abrik sarang, makan telur
sendiri, dan lain-lain.
Selama masa mengeram, ekstra fooding
perlu dikurangi dengan tujuan agar kedua burung tidak naik birahinya
yang juga sering menyebabkan mereka berlaku agresif baik terhadap
pasangan amupun terhadap telur yang sedang dierami.
Setelah usia pengeraman 14 hari, maka telur burung murai batu akan menetas. Untuk mengantisipasi masa menetas, maka mulai hari ke-12 pengeraman, Anda perlu meningkatkan jumlah ekstra fooding dan menyediakan kroto sebagai pakan pertama yang akan diberikan indukan kepada anakannya.
Setelah usia pengeraman 14 hari, maka telur burung murai batu akan menetas. Untuk mengantisipasi masa menetas, maka mulai hari ke-12 pengeraman, Anda perlu meningkatkan jumlah ekstra fooding dan menyediakan kroto sebagai pakan pertama yang akan diberikan indukan kepada anakannya.
Manajemen anakan
Jika telur telah sukses menetas, maka
anakan murai batu bisa Anda petik antara usia 5-10 hari. Kalau kurang
dari 5 hari, kondisi burung terlalu lemah dan kadang menyulitkan kita
untuk menyuapkan pakan. Sementara jika lebih dari 10 hari, burung sudah
takut dengan manusia. Akibatnya, mereka takut disuapi dan pada saat yang
sama mereka belum bisa makan sendiri. Selanjutnya, ya bisa mati-lah
anak-anak murai batu.
Anak-anak murai batu bisa Anda letakkan
di wadah apa saja yang penting ada landasan dengan bahan yang sama
dengan yang dibuat untuk membuat sarang di kandang penangkaran. Untuk
landasan teratas bisa kita beri kapas agar lembut dan tidak melukai
anakan burung. Anakan di wadah khusus itu kemudian bisa Anda letakkan di
dalam kotak kayu atau kotak apa saja, dengan diberi lampu penghangat.
Sedangkan untuk pakan anakan murai batu
yang diambil pada usia 5-10 hari, Anda bisa menyiapkan kroto yang
benar-benar bersih dari kotoran dan bangkai semut. Suapkan perlan-pelan
dengan alat suap yang bisa Anda buat seperti penjepit yang terbuat dari
bambu. Atau Anda bisa membuat dengan bentuk apapun yang penting bisa
untuk menyuapkan kroto ke paruh burung anakan. Kroto yang akan Anda
berikan, perlu ditetes air sedikit sehingga memudahkan burung anakan
untuk menelannya.
Untuk burung-burung di atas usia 7 hari,
Anda juga bisa memberikan kroto yang dicampur dengan adonan voer. Untuk
memastikan kecukupan vitamin dan mineral anakan burung, Anda perlu
menambahkan BirdVit ke dalamnya.
Anakan burung pada usia 15 hari ke atas,
Anda sudah bisa mulai memberikan jangkrik kecil yang dibersihkan
kaki-kakiinya, dan dipencet kepalanya. Atau kalau untuk pemberian di
masa-masa awal, jangan disertakan kaki dan kepalanya. Lebih baik lagi
kalau Anda bisa memberikan jangkrik yang sedang mabung, yakni masih
lembut dan berwarna putih.
Ketika anakan burung sudah mulai
meloncat-loncat kuat di dalam boks sarang, Anda bisa memindahkannya ke
dalam sangkar gantung. Hanya saja perlu diingat, dasar sangkar gantung
tetap diberi landasan bahan yang sama dengan bahan pembuat sarang.
Tujuannya adalah mencegah kaki burung anakan cedera. Sementara untuk
tangkringan harus dibuat bertingkat agar burung juga belajar meloncat
antar tangkringan.
Sementara itu untuk manajemen indukan
pasca anakan diambil, Anda bisa menyetting pakan untuk indukan seperti
pada masa pasca penjodohan. Setelah anakan diambil, biasanya 7-10 hari
setelahnya, betina mulai bertelur lagi. Hal ini berulang terus dan akan
mengalami perubahan ketika burung mengalami masa mabung.
Selamat menangkar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar